Selasa, 25 Oktober 2011

Aku dan Jilbabku


Diambil dari internet
Setelah membacanya, sejenak kembali mengingat masa2 sebelum aku  memutuskan berjilbab. Dulu aku mengira bahwa wanita yg sudah banyak ilmu agamanya, pintar mengaji, santun perilakunya yg layak berjilbab. Bahkan saat kelas 2 SMU seorang kawan laki2 (yg katanya naksir aku) menyarankan aku agar membeli kain untuk berjilbab, aku menjawab bahwa aku belum siap. Bagaimana seorang cewek cuwawakan kaya aku, masih ketawa ngakak, tomboy pakai jilbab? Kawanku itu berkata bahwa dengan berjilbab akan mengendalikan ke-cuwawakan-ku. (cuwawakan itu bahasa apaaaa yaaaa hehehehe.... itu basa jawa sodara2). Tapi aku tetep kekeuh berkata bahwa aku belum siap.
Lalu saat kuliah sempat terpikir untuk memakai jilbab. Pikiranku mulai terbuka bahwa berjilbab adalah wajib. Jika memang ibadahku belum sempurna, mengajiku masih terbata2 biarlah. Semua itu kan bisa diperbaiki. Walau kadang ada pikiran ngeri jika lagi berkumpul dgn teman2 lalu ditanya2 masalah agama karena aku berjilbab, namun aku tak bisa menjawabnya. Kan maluuuuu..... Tapi tahun2 segitu, sekitar 2003-2004 sudah mulai banyak wanita berjilbab, jd aku ingin berjilbab jg. Saat bercerita dengan seorang kawan, dia menyarankan agar mengumpulkan dulu baju2 lengan panjang sebelum benar2 berjilbab. Jadi tertundalah berjilbab itu.

Saat masa kuliah kutinggalkan dan memasuki dunia kerja. Aku mulai mengirim lamaran kerja ke berbagai perusahaan minyak dan tambang, lalu aku berkenalan dgn seorang pria non-muslim. Entah apa yg merasukiku, aku meng-iya-kan saat dia mengajak berpacaran. Singkat cerita, setelah beberapa bulan berjalan bersamanya aku merasa bahwa hubungan ini tidak mungkin berujung ke pernikahan. Sedangkan buat apa aku buang waktu dengan masih bersamanya. Awalnya dia marah saat aku memutuskan hubungan, dan sempat mengajak kembali. Aku juga sempat setuju kembali, namun hanya sebulan aku lagi2 memutuskan dia.

Sumber dr keputusanku ini adalah setelah aku membaca sebuah novel yg aku akui menjadi titik balikku. Hanya sebuah novel berjudul Ayat-Ayat Cinta, namun isinya menguraikan tentang cinta manusia yg sejati hanyalah pada Allah SWT. Jika kita mencintai Allah, maka kita akan selalu takut membuatNya marah sehingga tidak akan berani melakukan laranganNya. Dalam novel itu juga menyebutkan jika kita ingin mendapatkan lelaki yg baik, maka jadilah wanita yg baik terlebih dahulu. Berbekal itu, aku berniat ingin menjadi wanita yg lebih baik. Langkah awalku adalah menggunakan jilbab. Langkah itu rasanya begitu tiba2, rasanya hatiku tidak tenang, aku punya keinginan yg kuat untuk memakai jilbab.
Awal2 berjilbab sangatlah menyenangkan. Aku rajin membaca2 buku agama, sempet berkeinginan utk mencari jodoh dengan berta'aruf sesuai tuntunan agama. Aku merasa kondisi keimananku membaik. Namun ternyata seperti gelombang, imanku diuji menuju kemerosotan. Tak perlu kuceritakan disini, tapi cukup membuatku merasa tak pantas memakai jilbab. Karena buat apa berjilbab jika kelakuanku tak mencerminkan wanita solehah. Lalu kuingat lagi bahwa jilbab adalah perintah Allah, dengan tetap berjilbab aku bisa memperbaiki diri dan kembali meningkatkan imanku. Maka kuputuskan utk tetap mengenakannya.
Menurutku, melupakan kenangan itu seperti menghabiskan air dalam gelas. Sekeras apapun usaha kita meminum air hingga habis, tetap saja masih ada air walaupun setetes didalam gelas. Sekeras apapun kita berusaha melupakan kenangan, masih saja teringat. Begitu pula jika aku ingin melupakan saat2 terburukku, malah masih aja teringat.
Terkadang aku bertanya, mengapa dulu aku mau pacaran dengan laki2 non-muslim itu? Apa hikmah dari hal itu? Bukankah semua kejadian bukanlah kebetulan melainkan sudah diatur Allah SWT agar kita bisa mengambil hikmahnya? Maka aku pun mencoba menemukan hikmahnya, yaitu Allah mengujiku dengan cinta. Allah menguji apakah aku lebih mencintaiNya atau makhluk ciptaanNya. Sedalam apapun perasaan cinta kita pada seseorang, hendaknya jangan melebihi cinta kita kepada Allah SWT. Cintailah dia karena Allah.

Kok critanya jadi ngalor-ngidul yak? Hehehehehe.... Intinya sih, aku ngga maksa temen2 utk berjilbab. Toh aku juga belum jd wanita muslimah seutuhnya. Pake jilbab juga belum yg benar2 syar'i, tp paling ngga berusaha pake jilbab yg panjang dan menutupi dada. Mungkin masih banyak alasan kalian belum siap utk berjilbab, doaku semoga suatu saat nanti kalian berjilbab sebelum maut datang. Aamiin.....

Jumat, 14 Oktober 2011

Surat Terbuka untuk Ustadz Solmed (Ustadz Sholeh Mahmoed)

Hmmmm, barusan baca tulisan di internet tentang judul diatas. Bagus banget untuk dibaca oleh anak muda agar ngga salah melangkah dalam menjalani hubungan dengan lawan jenis. Bukan berarti aku manusia paling bener sihhh, tp paling ngga aku belajar dari kesalahan2 masa lalu dan berusaha untuk menjadi manusia yg lebih baik lagi.

Perlu dipahami dengan benar apakah itu arti ta'aruf. Walau dulu aku ngga ber-ta'aruf tapi aku ngga nganggep aku dulu pacaran  dengan (calon) suami. Emang sih rutin ketemuan berdua tiap Sabtu, tapi alhamdulillah sih bisa menghindari hal2 yg ngga pantas.

Surat Terbuka untuk Ustadz Solmed (Ustadz Sholeh Mahmoed)

Assalamu’alaikum, Pak Ustadz…
Sebelumnya saya mohon maaf jika Bapak kurang berkenan dengan surat terbuka ini.
Saya bukan solmeder’s yang konon menggandrungi Pak Ustadz setengah mati. Saya juga bukan orang yang setia menyimak kajian Pak Ustadz di televisi. Saya hanya sedang terheran-heran, mengapa Pak Ustadz yang mestinya jauh dari dunia gemerlap kok malah sering muncul di infotainment.
Beberapa hari lalu, saya membaca artikel di sebuah portal berita. Katanya Ustadz sedang dekat dengan penyanyi anu yang sedang naik daun itu. Dalam hati saya membatin, sekaligus berharap, janganlah berita itu menjadi kenyataan. Bukannya saya mengutuk sang biduan, Pak Ustadz. Tapi bapak harusnya lebih paham seperti apa ciri wanita shalihah dan bagaimana cara “mendekati” wanita tipikal seperti ini.
Ada bantahan yang melegakan hati saya, bahwa Pak Ustadz dan penyanyi itu hanya berteman, tak lebih. Karena sebenarnya hati Pak Ustadz sudah diisi oleh wanita lain. Tapi bantahan ini pun memberikan tanda tanya baru di hati saya; Pak Ustadz, sang guru ngaji yang masih bujangan, mengakui terang-terangan bahwa hatinya sudah terpikat oleh pesona seorang wanita? Ahay..
Esoknya, saya kembali melihat Pak Ustadz. Sayangnya bukan di tayangan pengajian, melainkan di infotainment; gudang beritanya para artis. Miris hati ini melihat bapak yang dikenal masyarakat sebagai sosok da’i mau diwawancara berdua dengan wanita yang bukan muhrimnya. Bahkan di tayangan tersebut bapak nyaris akan disuapi oleh si wanita. Oh, dialah rupanya si penunggu hati yang kemarin sempat bapak singgung.
Tak butuh waktu lama untuk kembali melihat wajah Pak Ustadz di acara gosip selebritis. Kali ini Pak Ustadz dengan wajah sumringah bercerita bahwa Bapak baru saja memberikan mobil sebagai hadiah bagi sang wanita.
Foto ustad solmed
Wanita itu pun ada di situ, berdua dengan Pak Ustadz, ikut tertawa riang di depan kamera. Ah, Pak Ustadz, tahukah bapak ada banyak orang muslim geleng2 kepala melihat tingkah bapak. Apalagi bolak balik bapak menegaskan bahwa hubungan kalian adalah ta’aruf. Saya belum habis pikir, kok bisa makna ta’aruf tidak ada bedanya dengan pacaran. Ustadz Solmed,
Sebagai ustadz tentu bapak jauh lebih paham bagaimana cara berta’aruf yang benar dalam Islam. Bagaimana menjaga adab dalam bergaul agar tidak terjadi fitnah dan bagaimana pula menghijabi hati bagi lawan jenis yang bukan muhrim. Perih hati saya melihat tayangan infotainment menyebut Pak Ustadz dan wanita itu sebagai pasangan kekasih. Kalau sudah begini, apa bedanya Pak Ustadz dengan artis lain yang diwawancara berdua dengan pacar mereka? Pak ustadz ta’aruf, mereka pacaran. Tapi sama-sama tampil berdua, menyiratkan kemesraan, dan sama-sama mau diekspos media infotainment.
Oh, mengapa ustadz yang seharusnya menjadi milik jamaah kini menjadi komoditi seperti ini. Ustadz adalah ustadz, jangan nyambi menjadi seleb. Itu adalah dua dunia yang berbeda, jauh berbeda. Tapi kalau boleh jujur, Pak Ustadz memang pantas menjadi selebritis. Wajah ganteng, hidup mapan. Seharusnya Bapak meneladani Briptu Norman, dia berani memilih untuk menjadi polisi atau selebriti.
Ustadz Solmed,
Waktu kecil, saya punya ustadz idola yang saya suka karena kerendahan suaranya dan entah mengapa hati ini selalu tersentuh kala melihat beliau berceramah. Ustadz kesukaan saya ini jarang tampil di televisi, belum tentu sepekan sekali. Ustadz Ihsan Tanjung namanya. Belakangan saya juga mudah tersentuh dengan ceramah Ustadz Quraish Shihab.
Rasa-rasanya bapak juga tahu suara hati sejumlah jamaah yang kini mulai gusar dengan mudahnya seseorang disebut ustadz. Bermodal wajah yang kameragenik, gaya yang terus up to date dan model berceramah yang atraktif, seorang penceramah kini bisa dengan mudah menjadi ustadz. Lalu setelah terkenal, acara ceramahnya punya rating tinggi, naiklah derajatnya menjadi bintang iklan, bahkan MC acara hiburan.
Pak Ustadz,
Melalui surat terbuka ini, saya bukannya ingin menasehati Bapak. Toh saya juga jauh dari kefahaman terhadap ilmu agama. Saya hanya ingin menyampaikan kegundahan hati seorang umat, bahwa sebagai da’i apa yang bapak lakukan menjadi contoh dan teladan bagi umat. Jika memang sedang dekat dengan seorang wanita, janganlah mengklaim itu sebagai ta’aruf. Kasihan muda mudi kita Pak, bila kini mereka lebih merasa aman berdua-duaan dengan lawan jenis lantaran menganggap itulah proses ta’aruf seperti yang Pak Ustadz contohkan.
Konon bapak baru akan menikahi si gadis empat bulan lagi. Empat bulan adalah waktu yang tidak sebentar bagi insan yang tengah mencandu asmara. Saya pernah melewati fase seperti Pak Ustadz saat hendak menikah. Menunggu sebulan saja badan ini rasanya meriang tak karuan. Waktu menjadi terasa sangat lama. Dan bayangan di benak sudah terisi oleh hal yang tidak-tidak saja.
Semoga Ustadz Solmed membaca surat terbuka saya ini.
Sebaiknya segeralah nikahi gadis tersebut, karena masyarakat kini mulai enteng menyebut “Oh, itu to, pacarnya Ustadz Solmed..” yang membuat miris siapa pun yang mendengar. Jika memang Pak ustadz masih harus menunggu empat bulan lagi, janganlah memamerkan kedekatan kalian di televisi. Lakukanlah ta’aruf sebagaimana seharusnya dilakukan. Jangan menghaluskan bahasa dari pacaran menjadi ta’aruf. Sekali lagi, kasihan jamaah yang banyak mengidolakan bapak.
Cukup sekian surat dari saya, semoga besok dan seterusnya, saya tak lagi menjumpai Pak Ustadz di tayangan gosip. Karena ustadz adalah da’i, bukan selebriti.
Wassalammu’alaikum wr wb
Tribute to : http://www.facebook.com/notes/bumi-bumi-sugan/surat-terbuka-untuk-ustadz-solmed-ustadz-sholeh-mahmoeddai-center-part-of-uje-ce/10150318258011836

Untuk Anakku Part III

Assalamu'alaikum anakku yang masih berada di surga bersama milyaran ruh. Ibu masih selalu merindukanmu walaupun kini sudah lebih bisa ikhlas dan menyerahkan semuanya pada Allah SWT kapan kau akan ditiupkan ke rahim ibu. Sementara menunggumu, anakku, ibu dan bapak sudah menyiapkan nama untukmu hehehe... Semoga nama yg kelak bapak dan ibu sematkan padamu adalah doa dan pengharapan yg terbaik untukmu. Selain itu, ibu juga belajar bagaimana mendidikmu dengan baik dan benar nantinya. Ibu membaca sebuah puisi dari status teman ibu di fesbuk. Ibu menyukainya dan menurut ibu bagus untuk dibaca sebagai bekal mendidikmu kelak...
 Kau Dan Anakmu
Jangan didik anakmu…

Jangan didik anakmu laki-laki
Bahwa kekuatan dan keperkasaan adalah segalanya
Ajari dia untuk mencintai dan menerima dirinya apa adanya

Jangan didik anakmu laki-laki
Untuk mengejar kehormatan dan kekuasaan
Ajari dia untuk mengejar cinta kasih dan kebijaksanaan

Jangan larang anakmu laki-laki jika ia menangis
Dan jangan katakan padanya bahwa laki-laki tak boleh cengeng
Ajari dia untuk mengenali dan menerima perasaannya
Bahwa air mata adalah anugerah Tuhan yang indah
Sehingga ia belajar untuk tidak frustasi oleh emosinya
Dan jika dewasa ia telah belajar untuk hidup dengan seutuhnya

Jangan didik anakmu perempuan
Bagaimana menjadi cantik
Ajari dia untuk mencintai dan menerima dirinya apa adanya

Jangan didik anakmu perempuan
Bagaimana untuk menyenangkan laki-laki
Ajari dia untuk menyenangkan hati Tuhan

Jangan larang anakmu perempuan
Jika ia menikmati melompat, berlari, dan memanjat
Jika ia suka menjelajah dan mengutak-atik benda-benda
Jangan kaupaksa dia untuk duduk manis diam dan tenang
Karena jiwanya yang ingin bebas jadi dirinya sendiri
Dan juga rasa ingin tahunya yang telah Tuhan anugerahkan
Telah kau bonsai dan kaurusak sejak dini

Isilah rumahmu
Dengan cinta, hikmat, dan kebijaksanaan
Bukan dengan harta, keindahan tubuh, gelar, dan kekuasaan

Bagikanlah kepada anakmu laki-laki dan perempuan
Keindahan menikmati mentari pagi
Kehangatan rasa ketika menggenggam pasir
Kemesraan seekor kupu-kupu hinggap di atas bunga
Dan merdunya suara tetes-tetes hujan

Jika kau ingin anakmu rajin beribadah
Gemakan keberadaan Tuhan dalam dirimu
Ia takkan bisa kaupaksa berdoa dan sembahyang
Ketika dia tak dapat menangkap makna ibadah darimu

Jika kau ingin anakmu mencintai pengetahuan
Pancarkan rasa ingin terus belajar
Nasihatmu tak akan bisa membuatnya mau membaca
Ketika dia tak pernah menyaksikan engkau menikmati buku

Jika kau ingin anakmu penuh kasih
Tunjukkan cinta kasihmu kepadanya dan sesama
Kata-kata saja tidak akan mempan membuatnya mengasihi
Jika ia tak pernah merasakan cinta darimu

Untuk anakmu
Engkau adalah teladan yang utama
Tak perlu banyak kata, tiada perlu jutaan nasihat
Jika kau ingin anakmu hidup seperti yang kauinginkan

Hiduplah demikian!

Semoga bermanfaat.
Silahkan SHARE ke rekan anda jika menurut anda note ini bermanfaat.