Jumat, 19 Agustus 2011

Resensi - Alita dan Cinta Selanjutnya

Lanjutan dari novel Alita @ First nihhh (http://inamoechsin.blogspot.com/2011/03/resensi-cinta-sejati-alita.html)
Tapiiii kok rada mengecewakan yaaaa, ngga se-seru sekuelnya yang pertama. Kurang mengharu-biru, agak mudah ditebak, ngga ada kejutan2 yang gimanaaaa gituu... But anyway, tetep ngga rugi lah bacanya.
http://suar.okezone.com/read/2011/08/19/285/493783/alita-dan-cinta-selanjutnya

Judul Buku : ALITA @ HEART
Pengarang : Dewie Sekar
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Kedua, Juni 2011
Tebal : 448 halaman

Selesai membaca sekuel pertamanya, Alita @ First, yang mengharubirukan saya, sekuel selanjutnya sangat saya tunggu-tunggu. Namun karena saya sudah mulai jarang berburu ke toko buku, baru sekaranglah saya menemukan lanjutan kisah Alita dalam mencari cintanya yang baru. Walau sepertinya Alita tidak bermaksud untuk mencari cinta yang baru dan memang tidak mau melupakan Erwin, cinta sejatinya.

Setelah saya selesai membaca, entah mengapa rasa penasaran dan ketertarikan yang awalnya menggebu-gebu, jadi memudar. Cerita Alita saya rasakan jadi hampir sama dengan novel kebanyakan. Apa karena kisahnya Alita kali ini tidak saya alami seperti pada novel yang pertama? Atau karena jalan ceritanya lebih mudah ditebak daripada sekuel pertamanya? Mungkin saja.

Tetapi tetap saja novel Dewie Sekar ini cukup menarik. Dimulai dari dua tahun sejak meninggalnya Erwin (baca resensi Cinta Sejati Alita http://suar.okezone.com/read/2010/05/10/285/331102/cinta-sejati-alita), Alita melanjutkan hidupnya dengan bekerja di kantor mas Yusa, kakaknya, dan mengajar privat. Mas Yusa juga makin sukses dengan perusahaan yang dia bangun, malah merambah ke bisnis dekorasi gedung pengantin. Sedangkan Abel, sahabat Alita, sudah putus dengan Juno, pacarnya, tetap membuka toko bunga yang letaknya tak jauh dari kantor mas Yusa.

Yang Mulia Mama, alias mamanya Alita, merasakan telah menua dan ingin segera melihat anak-anaknya menikah dan mempunyai anak. Namun Mama tidak tahu bahwa Alita masih selalu mengingat dan memikirkan Erwin yang telah tiada. Malah Mama mengira Alita menyembunyikan hubungannya dengan seorang duda karena takut Mama tidak setuju.

Selanjutnya alur cerita novel ini cukup mudah ditebak. Munculnya tokoh baru bernama Gading yang seorang duda baru dan sering menyambangi Abel ternyata membuat perasaan mas Yusa tidak tenang. Mulai terbaca siapa menyukai siapa, dan kira-kira siapa yang memikat hati Alita. Di sisi lain, sudut pandang dari beberapa tokoh cukup menarik, membuat pembaca lebih memahami karakter dari masing-masing tokoh tersebut.

Penasaran dengan akhir kisahnya, atau ingin membuktikan tebakan Anda? Selamat Membaca!!


Kamis, 18 Agustus 2011

Mencintai yang Lain

Hmmm...... Mulai dari mana ya??

Aku dapet ide nulis ini karena lagi dapet curhatan teman tentang topik ini. Dalam sebuah rumahtangga, tentu hal semacam ini wajib hukumnya untuk dihindari kan? Toh dulu kita sendiri yang memilih suami kita (kecuali yang dijodohkan), mungkin malah dengan perjuangan yang berat karena tidak mendapat restu orangtua, misalnya. Atau karena ada perbedaan agama, ataupun masalah2  lainnya.  Masak iya, sekarang setelah beberapa tahun menikah lalu bisa tertarik dengan pria  lain?

Tapi ternyata memang ada yang seperti itu kan? Saya mendengar langsung dari dua orang teman (alhamdulillah mereka masih memegang teguh pernikahannya, tidak mudah tergoda bujukan setan), bahwa mereka sedang terjebak dengan cinta yang lain.

Yang pertama, seorang ibu rumahtangga dengan seorang pria yang cukup sering ditemui. Saat itu posisi saya sebagai seorang single, diberi cerita tentang si dia. Mengingat sejarah perjuangannya yang panjang, saya hanya bisa berkata, "Kok bisa begitu? Lupakan dong, hapus perasaan itu". Lalu saya dijawab, "Kamu blom pernah ngrasain sih. Liat aja ntar kalo kamu udah nikah". Waduh, kok malah disumpahin yak? Tapi gak papa, aku udah dua kali ini disumpahin ma dia, semoga saja tidak terkabul hehehe....

Yang kedua, seorang wanita karir dengan kawan kantornya. Dan posisi saya sebagai seorang double alias menikah.  Nahhhh ini yang susahhhh.... Mau disuruh ngelupain, susah karena tiap hari ketemu di kantor. Kalo dikasih saran jawabnya, "Kamu nggak ngrasain sihh". 

Lahhh apa aku harus ngerasain biar boleh kasih saran? Aku cukup melihat dari keadaan rumahtangga teman yang pertama. Memang sih tidak ada kehancuran pernikahan, namun aku tau rasa percaya pada pasangan telah berkurang, sehingga menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu.

Sekarang aku melihat pada diriku sendiri, pernahkah aku mempunyai cinta pada yang lain? Jujur nih yaaaa..... Aku masih suka ngeliat cowok cakep, hehehe.... Tapi untungnya yang aku lihat itu bukanlah orang yang sering berkomunikasi denganku, bukan teman sekantor, apalagi tetangga. Jadi lebih mudah mencegah timbulnya perasaan yang dinamakan cinta. Kalo ngeliat "Ihh tuh cowok cakep amat yakk", wajar kali yakkk... Lha wong punya mata kok, dan tuh cowok emang cakep, masak bilang jelek. Lagian kan hanya sebatas itu.

Lha trus gimana dong kalo ternyata ada yang tidak hanya sebatas itu? Kadang orang bilang bahwa perasaan itu datang sendiri tanpa diminta. Mungkin diawali rasa kagum, ataupun mendapati sisi lain dari si dia yang tidak dipunyai oleh suami. Bagaimana kita bisa terlepas dari hal itu?

Dengan sok tau aku akan berkata, bahwa perasaan itu muncul dari setan. Setan kan suka mencari celah kelemahan manusia. Setan ngga suka manusia selalu berjalan di lintasan yang lurus. Jadi lawan perasaan itu sekuat tenaga, jangan selalu melihat kelebihan si dia yang suami ga punya, karena tetap saja lebih banyak kelebihan yang suami punyai. 

Trussss, ingat2 lagi saat pertama bertemu dengan suami, bagaimana kita jatuh cinta padanya, bagaimana dia yakin bahwa kita adalah pilihannya, bagaimana dia membuat kita tertawa, bahagia, bagaimana perjuangan menuju pernikahan, bagaimana mendampingi suami dalam semua keadaan. Maka insyaAllah akan timbul rasa kebanggaan bahwa kita telah menjadi sistem pendukung bagi suami.

Yang paling penting, selalu ingat bahwa Allah Maha  Mengetahui. Mempunyai perasaan pada yang lain memang suami belum tentu tau, tapi  Allah pasti tau. Jika masih punya rasa takut pada Allah, berusahalah menghapus perasaan yang tidak seharusnya diberikan pada yang lain.

Hmmm apa lagi ya? Ada lagi yang mempunyai ide? Jangan sungkan untuk mengatakannya padaku ya...

Memang aku belum pernah mengalami hal ini, semoga saja tidak pernah. Kalopun mengalami, semoga diberikan keyakinan yang teguh agar selalu mengingat Allah, dan keluarga. Amin.

Cerita - MARRIAGE

Gak sistematis bener yakk hehehehe. Harusnya bikin ini duluuuuu baru nulis yg "Anniversary". Tapi sudahlahh, ga ada aturan baku ini...

Awalnya aku hanya pengen bikin tulisan tentang ulangtahun pernikahan orangtuaku dengan menghubungkan masalah pernikahan yg dihadapi beberapa teman. Tapi lalu aku menyadari bahwa ada lagi teman mempunyai masalah berbeda namun terkait dengan pernikahan, membuat aku tertarik untuk mengupasnya dan berbagi pemikiran mengenai hal-hal seputar masalah pernikahan yang bisa saja terjadi dalam rumahtangga siapapun. Aku ga bermaksud membuka aib siapapun, aku tidak akan menyebut nama, tetapi jika ada yg merasa bahwa itu kisahnya, bisa saja itu kisahmu atau kisah teman yang lain yang serupa dengan kisahmu. Jadi sebelumnya aku minta maaf jika menimbulkan ketidaknyamanan.

Membicarakan masalah2 seputar pernikahan bukan berarti aku adalah  ahli di bidang ini. Pernah aku katakan sebelumnya bahwa pernikahanku pun tidak sempurna, pasti pernah ada masalah di dalamnya. Aku hanya ingin membahas dari sudut pandangku, berdasarkan pengalaman melihat pernikahan orang lain atau punyaku sendiri, ataupun dari buku2 yang aku baca. Jika Anda ngga setuju dengan apa yang aku tulis, jangan ragu untuk berdiskusi denganku.

Selasa, 16 Agustus 2011

Resensi - Childless is Not A Sin, Right?

Resensi yang terbaruuu hehehe.... Berawal dari teman di grup FB AIH (Aku Ingin Hamil) yang posting di wall grup mengatakan ada buku yang bagus, yang isinya kurang lebih sama dengan yang kami alami, yaitu belum juga memiliki anak. Tapi karena jarang ke Gramedia, akhirnya baru bulan kemaren menemukan buku ini. Mulai dibaca, mulai ketawa sendiri, ada yg lucu, ada yg nggemesin, bikin sebel  dan lain2. Jadi berasa pengen ngajakin Tata masuk grup AIH hehehe....
Judul Buku : TESTPACK
Pengarang : Ninit Yunita
Penerbit : Gagas Media
Cetakan    : Kesembilan, 2011
Tebal : xiv + 202 halaman

Novel ini memang bukan novel baru, karena pertama kali dicetak tahun 2005. Namun sepertinya novel ini juga laris manis, terbukti di tahun 2011 ini sudah memasuki cetakan kesembilan. Dan jujur harus saya akui, saya termasuk telat membaca karya Ninit Yunita ini. Jika bukan karena beberapa kawan yang merekomendasikan novel ini di sebuah grup Facebook, saya belum mulai memburu buku ini. Jangan salah, bukan grup Facebook mengenai pecinta novel atau sastra yang anggotanya menganjurkan kami membacanya, melainkan grup yang berisikan wanita-wanita menikah yang belum berhasil mempunyai anak (Grup Aku Ingin Hamil).

Mengapa novel ini menarik bagi kami? Tentu saja karena penantian Tata dan Rahmat juga kami alami. Kegelisahan Tata melihat sahabatnya sudah memiliki anak dan bahkan sedang hamil anak kedua, juga kami rasakan. Usaha-usaha yang dilakukan Tata dan Rahmat demi mendapat, pun kami lakukan. Jadi membaca novel ini bak membaca kisah hidup kami sendiri.

Ninit Yunita mampu menangkap kegelisahan, kecemasan, serta masalah-masalah seputar pasangan yang belum mempunyai keturunan. Terutama di pihak wanita, karena terkadang wanita begitu sensitif dan mudah sedih jika disinggung mengenai belum hadirnya buah hati di tengah-tengah keluarganya. Belum lagi jika ada tambahan pengharapan dari orangtua atau mertua yang juga mendamba kehadiran cucu. Tambah lagi tekanan jika si suami atau si istri atau bahkan dua-duanya adalah anak sulung dan orangtua/mertua makin menua.

Tekanan juga bisa datang dari dalam rumahtangga itu sendiri, jika telah diketahui dari pemeriksaan dokter bahwa salah satu pasangan mempunyai masalah kesuburan. Begitu juga yang terjadi dalam rumahtangga Tata dan Rahmat. Tujuh tahun menanti, usia mereka di angka kepala 3, mereka memutuskan untuk ke dokter. Hasil laboratorium menunjukkan bahwa sperma Rahmat bermasalah. Disitulah ujian rumahtangga yang selanjutnya. Apa yang akan Anda lakukan jika ternyata pasangan Anda yang bermasalah kesuburannya? Apakah Anda akan tetap setia padanya, ataukah Anda akan melangkah pergi dan mengakhiri rumahtangga Anda untuk mencari pasangan lain yang subur? Disini diceritakan bahwa Tata pergi, kembali ke rumah orangtuanya.

Dan bagaimanakah selanjutnya? Apakah Tata pergi untuk selamanya, ataukah pergi untuk kembali lagi dalam  pelukan Rahmat? Apakah tujuan utama pernikahan adalah anak? Jika Tuhan tidak memberikan anak, apakah pernikahan akan hancur dan pasti tidak bahagia? Apakah tidak memiliki anak adalah sebuah dosa padahal semua yang kita miliki di dunia ini adalah milik Allah? Maka kembalilah merenungi diri, lihat ke dalam hati yang paling dalam, mengapa dulu memilih dia sebagai pasangan Anda? Apakah karena Anda ingin hidup dengannya dan tua bersamanya? Atau Anda ingin membuat pabrik anak bersamanya?

Jika boleh saya mengutip cover belakang novel ini:

Will you still love them, then?
That’s why you need commitment
Don’t love someone because of what/how/who they are
From now on, start loving someone,
Because you want to


Bahkan ada yang memberikan komentar ”Jangan kawin dulu sebelum baca buku ini”, agar Anda benar-benar mengerti apa yang Anda inginkan dan Anda harapkan dalam rumahtangga Anda kelak. Selamat membaca!!

Anniversary

Hari ini tepat tanggal 16 Agustus 2011, adalah ulangtahun pernikahan orangtuaku yang ke-41. Angka yang sangat banyak kan? Tinggal 9 tahun menuju ke angka 50, pernikahan emas. Sepertinya begitu indah dan membahagiakan melihat dua orang menikah dan menua bersama. Tapi ternyata tidak demikian bagi yang menjalani. Aku sebagai anak bungsu orangtuaku, cukup tau dan paham gejolak emosi, airmata dan bahagia yang mengiringi perjalanan panjang itu. Namun alhamdulillah entah dengan kekuatan apa, yang pasti atas ridho Allah SWT dan terciptanya sakinah-mawaddah-warahmah, semua masalah bisa selesai ataupun diredam.

Lalu, aku melihat di TV. Berita artis menikah, lalu setahun, 3 tahun, bahkan mungkin 10 tahun kemudian bercerai. Alasannya bermacam2, ketidakcocokan, perbedaan prinsip, selingkuh, de el el. Mudah sekali ya mereka berpisah dengan seseorang yang pastinya dulu mereka cintai. Seolah tampak kalau mereka tidak mau susah payah berusaha mempertahankan pernikahannya. Membuat aku memandang skeptis jika melihat artis yang baru saja menikah, akan mencapai usia berapa tahunkah mereka sebelum akhirnya berpisah?

Lalu ada lagi, di sebuah grup, ternyata banyak yang mengeluhkan rumahtangga mereka, baik sikap/sifat suaminya, sikap mertuanya, kadang sikap ipar ataupun saudara2 mertua yang membuat kawan2ku sedih, terluka dan berfikir apakah akan diteruskan pernikahan itu padahal baru saja berjalan setahun. Bahkan ada beberapa kawan yang akan berpisah alias bercerai. Naudzubillahi min dzalik.

Ibuku sering berkata, bahwa awal pernikahan, hingga usia 5 bahkan 10 tahun nikah, itu adalah masa2 rawan. Mungkin karena kita tadinya hidup sendiri, memutuskan segala sesuatu sendiri, mau pergi tinggal pergi, tiba2 ada orang lain yang harus kita perhatikan dan hargai. Ingin pergi ke mall, ehh suami pengen tidur. Ngajak nonton ke daerah A, suami ngga mau karena kejauhan. Atau ada acara dengan teman/keluarga, suami ngga mau diajak, masih banyak hal ketidaksesuaian antara kita dengan suami. 

Dan itu wajar kan? Dua orang dengan latar belakang berbeda, dibesarkan dengan cara yang berbeda, mempunyai sifat berbeda, latar belakang pendidikan juga mungkin berbeda, banyak sekali perbedaannya. Tapi bukankah justru itu menjadikan menarik sekaligus tantangan? Ada proses penyesuaian disitu, bagaimana kita sabar dan berusaha meredam emosi. Dan penyesuaian itu tidak ada batas waktunya, penyesuaian bisa terjadi seumur hidup kita. Lihat saja orangtua kita yang sudah mulai senja, pasti masih saja ada hal2 yang mereka perdebatkan, mereka permasalahkan.

Tapiiiiii jangan mulai membandingkan suami kita dengan pria lain. Entah itu mantan kekasih kita, cowok yang dulu kita sukai, apalagi dengan suami orang. Terima suami apa adanya, toh dulu kita yang memilih dia menjadi suami kita. Jangan karena melihat suami si A romantis, lalu memaksa suami menjadi romantis. Atau suami si B pintar masak, lalu meminta suami turun ke dapur hehehe. Di satu sisi mungkin dia tak sesempurna suami si A atau si B, tapi di sisi lain pasti banyak kelebihan suami yg tidak dimiliki suami si A atau B.

Dengan aku menulis ini, bukan berarti rumahtanggaku sempurna tanpa cela. Aku akui kami masih suka berbeda pendapat, berdebat, kadang ada hal2 yang akhirnya membuatku menangis. Tapi aku bersyukur mempunyai suami yang luar biasa sabar, menghadapi emosiku yang masih suka meledak-ledak, menerima aku apa adanya (kadang2 gitu, tapi kadang2 juga minta aku nurunin BB, what!!). Dan aku berdoa semoga tidak akan terjadi badai besar dalam perjalanan kami, kalaupun ada badai aku berdoa semoga kami bisa melewatinya dengan selamat. Agar bisa tercapai juga  angka 41 seperti orangtuaku, bahkan 50 ataupun 100 jika Allah mengijinkan. Amin amin ya robbal 'alamiin.