Kamis, 11 Desember 2014

Priority

Priority, atau bahasa kerennya "prioritas". Agak serius nih corat-coretnya.

Berawal dari beberapa menit yang lalu aku membuka tautan link di sebuah grup facebook tentang PCO (apa itu PCO browsing sendiri yaa :D). Link blog itu tidak lain tidak bukan milik salah seorang teman lamaku yg jg anggota grup tersebut. Dia mengunggah informasi biaya inseminasi. Saat aku buka2 blognya memang banyak tulisannya mengenai baby program.

Aku bukan mau ngobrolin soal blognya. Yang muncul di pikiranku adalah, betapa gigihnya dia dalam berikhtiar untuk mendapatkan si kecil. Berapa kali dia insem, atau hamil namun masih gagal. Lalu aku berkaca pada diriku sendiri, sudah sejauh mana sih ikhtiarku?

Inilah yang akhirnya aku sebut prioritas. Setiap orang mempunyai prioritasnya masing2. Baby program memang salah satu prioritasku, aku dan dokterku sudah menyusun rencana tahapan treatment yang akan kami lakukan. Namun ternyata kuasa Allah bicara lain. Tahun kemarin berencana insem, sudah dapet 6x suntikan puregon, eehhhh kok ndilalah ketularan gondongen dari suami. Akhirnya rencana insem harus dihentikan dulu.

Next plan for insem adalah awal tahun ini, mumpung udah UAS dan teori udah abis. Tapi aku berencana setelah pelaksanaan ekskursi regional. Setelah ekskursi tenyata mendekati bulan puasa, suami menyarankan lebih baik setelah lebaran. Ternyata menjelang lebaran mendapat kabar bahwa aku mendapatkan program student exchange ke Jepang. Maka rencana berubah lagi setelah aku pulang dari Jepang.

Ternyata salah satu prioritasku masih dikalahkan oleh prioritas lain. Ya, saat ini aku memilih untuk berkonsentrasi menyelesaikan kuliahku. Apakah aku ga pengen menjalankan baby program lagi? Jawabannya tentu iya. Tapi mungkin tidak dalam waktu dekat. Apakah ga ada rasa iri melihat teman yg lain masih getol berikhtiar sementara aku belum lagi menyambangi dokter? Jawabannya tetap iya. Namun prioritas setiap orang berbeda-beda.

Terkadang saat berseluncur di facebook, membaca berbagai macam status dari berbagai teman, dapat terbaca prioritas mereka. Di saat beberapa teman memamerkan anak2nya, atau cemas akan anak2nya, atau berbagi ilmu yg berkaitan dengan anak2, aku memamerkan suasana Jepang. Di saat beberapa teman memasang foto testpack bergaris dua, aku memasang foto alat di laboratorium disini. Di saat teman mengeluhkan atau mengkhawatirkan soal anaknya atau kehamilannya, aku mengkhawatirkan tesisku kapan selesai.

Ya, setiap orang mempunyai prioritas masing2. Hidup adalah soal pilihan. Mana yang akan kita dahulukan, dan mana yang akan kita kerjakan kemudian.

Sabtu, 29 November 2014

Student Exchange part 2 -- How to Adapt

Tuh kaannn.... kalo lagi in a good mood ya gini nihhh. Bisa corat-coret teruuusssss.... Xixixixi.... Sekarang mau crita gimana hari2 pertama tinggal di Matsuyama ini. Kesan pertamaku untuk kota ini adalah.... Kotanya kecil yak hehehe. Gak ada macet, cuman antri teratur ajahh.

Hal lain yg baru buatku adalah.... memilah sampah sebelum dibuang. Oke oke, di lingkungan rumahku sih sebenarnya udah ada kegiatan memilah sampah ajah. Cuman karena belom wajib, jadi ya males ajah wkwwkwk (piss bu RT). Pokoknya pisahin antara sampah plastik, sisa makanan, trus yg bisa dibakar, sama botol yg ada tanda PET nya. 

Hal lainnya adalah soal transportasi. Sejak sebelum berangkat, sekretaris sensei-ku udah ngasih tau kalo nanti akan disewakan sepeda. Alamakk, terakhir naik sepeda mungkin 10 tahun yg lalu ya, dengan kemampuan yg sudah menurun banyakkk dibanding jaman SMP. Dulu sih pas SMP masih lancar dan gesit bersepeda kemana2, lah sekarang??? Hahahaha... Dan lihatlah sepeda itu kawan... Entah berapa tahun umurnya, tapi bisa kupastikan tidak setua aku hehehe.... Awal dapet pinjeman sepeda yaaa lumayan lah bisa menyesuaikan. Tapi pas hujan turun di hari minggu padahal janjian ma temen kampus mo ke student festival, gak bisa kemana2 lah kami. Dan orang2 disini dengan luwesnya naik sepeda dengan setang di tangan kiri dan payung di tangan kanan. Mungkin seluwes orang2 di Jakarta yang ahli naik motor sambil sms-an. Hahahaha.....
Tapi lama kelamaan ya mulai lancar lah ya nyepedanya. Ke kampus, belanja, makan, wisata semuaaaaa naik sepeda. Belanjaan bisa ditaruh di keranjang depan tuhh. Jadi berpikir mungkin perlu beli sepeda ntar kalo udah pulang ke Jakarta hahahaha.....

Pohon momiji di awal aku dateng, masih berwarna hijau
Datang ke Jepang di bulan November artinya menikmati musim gugur sebelum beralih ke musim dingin. Di siang hari temperatur berkisar 20 derajat, awalnya ya berasa dingin. Tapi sekarang udah mulai terbiasa, hahaha gayaaaaaa. Kalo lagi mendung atau hujan paling dingin di suhu 15. Malam hari suhu terendah pernah sampe 6 derajat, dingin bangetttt.... Tapi pernah juga di suhu 17, seperti malam ini.


Pohon momiji yang aku foto hari kamis kemarin
Musim gugur itu yg bikin indah disini adalah pohon momiji. Daunnya akan berubah warna sebelum akhirnya berguguran. Coba tuh liat foto di atas, masih ijo kan warnanya.... Trus coba deh liat deh foto yg di samping kanan nih. Warnanya mulai menguning dan merah. Bagus yaaaaaa...... Langitnya juga pas biruuuuu.... Jadi pengen nyanyi.

Walau kau kini jauh disana, kita memandang langit yang sama. Jauh di mata namun kau dekat di hati.............






Student Exchange part 1 -- Perjalanan

Lama gak corat coret disini ya..... almost a year. Kebiasaan lama emang susah diubah... Di satu waktu antusias terhadap sesuatu trus lama2 jadi males sendiri hehehe.... Oke, cukup sudah membuka kelemahan2ku hahaha....

Judulnya menarik ga sih... student exchange... alias pertukaran pelajar (dalam hal ini mahasiswa ya). Iyaa bener.... sekarang aku lagi di Jepang loohhh, untuk student exchange di Ehime University. Pasti sebagian besar dari kalian mengerutkan dahi.... Dimana ya Ehime itu? Sama denganku pas pertama kali tau kalo di Ehime lah aku akan menuju. Maka kubukalah google map hehehe.... Ehime Prefecture terletak di pulau Shikoku, jauuuhhhh dari Tokyo. Jadi jangan mengira kalo aku berada di kota besar yaaaaa hehehe....

Yang mau aku ceritain pertama apa ya.... hmmm..... proses awalnya dulu aja yah.... Jadi begini ceritanya....

Awalnya pas pertama kali menghadap dosen pembimbing beliau udah ngasihtau kalo akan ada program ke Jepang kalo mau analisis sampelku disana. Sampel untuk keperluan tesisku ya. Lalu beberapa bulan kemudian, sekitar bulan Mei atau Juni lah ya, dosen pembimbing kirim sms yg isinya agar aku kirim abstrak tesis, kalo memang berniat ikutan student exchange. Tergopoh2 (halah) aku membuat abstrak itu dengan disupervisi teman kantorku. Lalu siang itu juga dengan mengucap bismillah aku klik tombol send di emailku kepada dosenku yang isinya abstrak dan cv ku.


Mejeng di KLIA
Suatu hari di bulan Ramadhan, datanglah sms dari dosenku yang isinya pemberitahuan bahwa aku diterima!!!! Alhamdulillah, bisa ke Jepang juga gratisan hehehehe... Ga juga sih, tetep tombok dikit2 lah wkwkwk......

Tanggal 3 November adalah tanggal keberangkatanku bersama 2 orang teman dr ITB juga. Agak2 sedih juga sih ninggalin suami untuk waktu yang lama, hampir 2 bulan. Kan belum pernah berpisah dari suami dengan waktu lama seperti kali ini (cieeeeee). Lanjoottttttt...... Pagi itu di terminal 3 bandara Soetta, diawali dengan candaan dari petugas imigrasi (halah), lalu kami bertolak ke Kualalumpur untuk transit selama 5 jam. Di pesawat awalnya tidur tp trus ngobrol2 dengan penumpang di sebelah, dan akhirnya mendapatkan info biro travel yg ga ada salahnya untuk dicoba pada rencana liburan selanjutnya hehehe....

Tiba di KLIA, cari sarapan, di McD hahaha.... Abis bingung mo makan apa hehe. Jadilah nongkrong di McD sekalian lunch. setelah itu sholat dan menuju ruang tunggu untuk berangkaatttt ke Jepang!!!!


Selfie di pesawat hehehe
Perjalanan di udara yang terlama yang selama ini aku lakukan, dengan naik pesawat low cost --tanpa menyebut merk tp mungkin kalian tau yg kumaksud-- tanpa ada makanan gratis, menikmati negeri diawan di siang hari sampe sunset dan akhirnya gelapp.

Sekitar jam 10an malam waktu setempat, mendaratlah kami di Bandara KIX di Osaka. Tapi perjalanan belum usai, sodara. Masih butuh sekitar 6 jam untuk sampai di kota Matsuyama, Ehime Prefecture, dengan menggunakan bis. Karena satu2nya pesawat ke Matsuyama (Peach Airline) hanya ada di jam 20.30, maka ga mungkin kami naik pesawat.
Negeri di awan di siang hari
Senja di angkasa
Maka pilihannya adalah naik bis keesokan harinya. Maka malam itu kami bermalam di bandara. Don't worry be happy, banyak kok yang tidur di bandara hehehe... Tuh liat aja di gambar sebelah.

Pagi tanggal 4 November 2014 sekitar jam 6 kami turun ke lantai 1 bandara dan membeli tiket pake mesin. Maklum baru pertama kali nih, jd ya perlu diceritakan lahhhh... memang terdengar ndeso tapi biarlah hahaha....
 
Bis pertama yang kami naiki menuju Stasiun Namba, seharga 1000 yen. Menikmati sunrise di Jepang pertama kalinya, serta jalanan yg sepi dan jauh dari kata macet. Mungkin karena masih pagi, atau memang seperti begitu adanya disini.

Sekitar 50 menit bis tiba di Namba, lalu dengan sedikit berlari aku mencari loket untuk membeli tiket ke Matsuyama karena info dari kawan bahwa bis akan berangkat pada jam 7.25. Kalo sampe ga dapet yg jam segitu harus menunggu sekitar 2 jam lagi. Alhamdulillah masih sempat dapat tiket utk jam tersebut, gak lama kemudian kami pun sudah berangkat. Bisnya enak, kursinya satu2, jadi nyaman lah.

Sekitar jam 1 siang kami sampai di Stasiun Matsuyama dan dijemput oleh 2 org kawan dan Sensei kami. Lalu kami diantar ke Miyuki Dormitory, tempat tinggal kami selama disini (liat buletan biru di peta di bawah). Setelah dikasih tau peraturan dll oleh pengelola asrama, Sensei meninggalkan kami dan kami pun berkesempatan untuk sholat dan diantar belanja oleh kawan2.

Gitu deh ceritanya perjalananku ke Jepang untuk yg pertama kalinya. Masih akan ada cerita2 berikutnya kok, dengan foto2 lainnya tentunya.....







Senin, 06 Januari 2014

What is Fatmagul's Fault?


Judul di atas adalah terjemahan dari serial drama dari Turki dengan judul asli "Fatmagulun sucu ne" yang ditayangkan di salah satu televisi berbayar channel 150. Ketertarikanku akan serial ini awalnya saat melihat cuplikan tayangannya dengan suara narator yang begitu meyakinkan hehehe. Yang berikutnya ada rasa penasaran ingin mengetahui bagaimana sih serial Turki ini, bagaimana budayanya, kebiasaannya, bahasanya dan lain-lain. Ceritanya mungkin biasa saja, mungkin pernah menjadi salah satu cerita pada sinetron-sinetron Indonesia (ga tau juga sih sinetron yang mana). Tapi bagaimana Fatmagul menyikapinya, serta bagaimana orang di sekitarnya sangat terpengaruh dengan kejadian yang dialami Fatmagul dan membuat perubahan yang signifikan.
  Cerita diawali saat Fatmagul yang lugu dan polos tinggal di kota Izmir bersama kakak (Rahmi), kakak ipar (Mukaddes) dan keponakannya (Murat). Mereka memiliki peternakan domba yang menghasilkan susu dan keju. Fatmagul bertunangan dengan Mustafa, seorang nelayan. Mereka berencana untuk menikah setelah rumah yang dibangun Mustafa selesai dan siap untuk ditempati. Fatmagul tidak sabar untuk segera menikah agar dia bisa lepas dari kakak iparnya yang sering menuduhnya melakukan hal-hal yang tidak pantas. Dia ingin tinggal di rumah yang hanya ditempati mereka berdua, dengan dapur yang bebas dia pergunakan. Indah sekali harapan yang mereka bentangkan untuk masa depan.
Namun terkadang harapan dan cita-cita tidak sesuai dengan ketetapan Ilahi. Di suatu dini hari yang merupakan waktu Mustafa kembali melaut, Fatmagul berlari menuju pantai untuk melepas kepergian tunangannya itu. Naas baginya, pada dini hari itu dia melewati 4 pemuda yang sedang mabuk karena narkoba dan minuman keras. Kerim yang pertama mengenalinya sebagai gadis penggembala yang tercebur di sungai karena berusaha mengarahkan ternaknya di hari sebelumnya. Telunjuk Kerim yang mengarah pada gadis itulah yang merubah kehidupan Fatmagul. Ketiga temannya, Selim, Erdogan, dan Vural segera berusaha menangkap Fatmagul tanpa menghiraukan teriakan gadis itu. Setelah mereka berhasil mengenali Fatmagul sebagai gadis penggembala itu, Erdogan memulai untuk memperkosa Fatmagul, tak menghiraukan teriakan dan gadis itu. Selim dan Vural pun turut ambil bagian. Menyaksikan adegan pada episode pertama ini buat aku begitu menyedihkan. Bagaimana seorang gadis yang mempunyai harapan tinggi di masa depan, hancur oleh sekelompok pemuda itu.
Pemerkosaan yang terjadi pada Fatmagul memberikan efek yang luar biasa. Mustafa yang dia harapkan dapat memberikan perlindungan, justru begitu marah mendengar Fatmagul tidak suci lagi dan sangat ingin mengetahui siapa pelaku pemerkosaan itu. Calon mertua yang dia harapkan dapat memberikan pengayoman sebagai orangtua, justru menyatakan bahwa anaknya layak mendapatkan gadis lain yang masih suci. Rumah yang dibangun oleh tangan Mustafa pun dibakar oleh tangan yang sama, menghancurkan semua impian dan harapan yang pernah mereka ucapkan sebelumnya. Makin hancur pula hati Fatmagul. Apakah pemerkosaan ini adalah mutlak kesalahannya? Mengapa ia yang harus menanggung akibatnya? Hilangnya keperawanan itu bukanlah keinginannya melainkan karena orang lain yang merenggutnya dengan paksa, mengapa dia yang dianggap bersalah?
Singkat cerita para pemerkosa yang merupakan anak orang kaya dan terpandang itu berusaha melepaskan diri dari jeratan hukum. Maka seorang pengacara yang juga paman dari Selim memunculkan ide untuk mengorbankan Kerim yang bukanlah siapa-siapa. Mukaddes ikut serta dalam rencana itu, mendesak Fatmagul agar mau menikah dengan Kerim dan meninggalkan kota itu menuju Istambul, karena tetangga akan mulai menggosipkan mereka. Dalam ketidakberdayaannya, Fatmagul pun terpaksa menikah dengan Kerim walau gadis itu masih mengharapkan Mustafa. Sementara Mustafa mencoba menata ulang hidupnya, meninggalkan Izmir menuju Istambul dan bekerja pada perusahaan milik Yasaran (keluarga Selim dan Erdogan). 
Maka setting berpindah ke Istambul, Kerim membawa Fatmagul dan seluruh keluarganya serta Ebe Nine, wanita yang mengasuhnya sejak ibunya bunuh diri dan ayahnya pergi ke Australia dan tidak kembali. Kehidupan yang pastinya jauh dari menyenangkan yang mereka jalani, dengan pernikahan tanpa cinta dan masalah yang selalu saja datang. Kerim-pun tidak bisa meninggalkan Fatmagul karena ia telah mulai mencintai istrinya itu. 
Namun bukanlah batu jika tak bisa lapuk jika ditetesi air terus-menerus, begitupun hati Fatmagul yang mulai terbuka dengan kehadiran Kerim dan berusaha melupakan Mustafa. Apalagi setelah Vural mengatakan dengan Kerim bahwa di malam terkutuk itu Kerim adalah satu2nya orang yang tidak ikut memperkosa Fatmagul. Maka mulailah perjuangan mereka untuk keadilan, yaitu melaporkan keempat pemuda itu sebagai pelaku pemerkosaan terhadap Fatmagul. Pihak Yasaran pun tak ambil diam, mereka juga berjuang sekuat tenaga agar bisa lolos dari hukuman. Segala cara pun mereka lakukan, membayar dokter dan saksi-saksi lain agar memberikan keterangan palsu, termasuk membuat Mustafa berpihak pada mereka.
Namun Mustafa akhirnya menemukan kembali hati nuraninya dan menyadari bahwa bukan Fatmagul yang bersalah, tapi ketiga pemuda itu. Lalu ia membuat rencana untuk membalas dendam pada keluarga Yasaran dengan caranya sendiri. Dia yang mengenal Asu alias Hacer, seorang pelacur yang mencintai Mustafa, akhirnya memutuskan menikahi wanita itu. Namun di dalam hatinya, Mustafa masih sangat mencintai Fatmagul. Dia mulai kehilangan harapan untuk bisa kembali memiliki mantan tunangannya itu karena Fatmagul mulai membuka hatinya pada Kerim. Maka yang Mustafa lakukan adalah berusaha menyingkirkan Kerim selamanya. Dia berusaha menembak Kerim, namun tidak berhasil. Lalu dia menculik Fatmagul namun Kerim berhasil menyelamatkan istrinya itu. Mustafa pun akhirnya berhasil ditangkap.
Usahanya untuk mendapatkan Fatmagul tak pernah berhenti walau dia berada dalam jeruji besi. Setiap hari dia menulis surat pada Fatmagul yang tidak pernah dibaca mantan tunangannya itu. Hingga akhirnya Mukaddes menulis surat padanya, meminta agar tidak lagi mengganggu Fatmagul karena gadis itu akan menikah ulang dengan Kerim. Usaha terakhir yang dilakukan Mustafa adalah menyewa seorang pembunuh bayaran untuk membunuh Kerim sebelum mereka resmi menjadi suami-istri lagi. Lagi2 usahanya itu gagal, dan akhirnya Mustafa memilih mati untuk mengakhiri kesedihannya.
Bagaimana dengan Fatmagul? Dia pun membuka hati sepenuhnya pada Kerim bersedia menikah sekali lagi. Serial yang diperankan oleh Beren Saat (Fatmagul) dan Engin Akyurek (Kerim) saat ini telah memasuki beberapa episode terakhir.
Hal yang aku tangkap disini adalah, bagaimana dua orang yang tadinya saling mencintai lalu terpisah karena suatu kejadian yang tidak dapat diterima oleh sang pria, padahal kejadian itu bukan salah si wanita. Bagaimana penyesalan itu datang terlambat dan waktu tak mungkin berputar lagi. Saat si pria menyadari kesalahannya, maka semua sudah terlambat dan tidak ada jalan untuk kembali. Aku sangat sedih saat melihat episode dimana Mustafa begitu menyesali tindakannya dulu yang tidak memberikan dukungan yang sangat dibutuhkan Fatmagul saat itu.
Maka kita sebagai manusia, ada baiknya selalu mendukung pasangan kita apapun yang terjadi. Apalagi jika pasangan kita tidak bersalah, sisihkan emosi dan amarahmu karena kau bisa menyesali tindakanmu saat kau marah. Jika memang pasangan kita memang bersalah, pahami dia mengapa ia berbuat demikian. Komunikasi adalah kunci utama dalam setiap hubungan.