Jumat, 09 Oktober 2015

Studen Exchange part 4 - Jalan-jalan (2)

Late post banget ya... Cerita lagi tentang perjalanan di Jepang. But better late than never kan ya hehehe...

10 hari sebelum pulang ke Indonesia, kami menyempatkan diri jalan-jalan ke sebuah benteng yang bangunannya bergaya eropa. Aku lupa apa nama benteng atau nama bukitnya. Perjalanannya lebih jauh daripada ke Matsuyama Castle. Tentu saja dengan naik sepeda, beberapa kali sepeda aku tuntun karena jalanan menanjak dengan cukup curam. Lagi-lagi perjalanan yang melelahkan terbayar dengan pemandangan yang begitu indah.... Sesampainya di atas bukit tentu tak lupa mengabadikan berbagai foto disana di tengah udara musim dingin Matsuyama.

Setelah puas kami menuruni bukit untuk kembali ke kota lalu menghangatkan diri di sebuah restoran sushi. Surga deh buat pecinta sushi. Dengan hanya 108 yen per porsi atau sekitar 10ribuan waktu itu, kita bisa puasss memilih-milih sushi favorit. Paling-paling hanya mengeluarkan 1000 yen atau sekitas 100ribu udah kekenyangan sushi. Coba disini.... brapa ratus ribu tuh baru bisa kenyang!!

Playground di atas tempat parkir, sebelum menuju castle, dengan pemandangan kota Matsuyama

Berjalan kaki menuju castle

Pose sebelum menuju castle yang nampak di balik pohon itu

Pemandangan kota Matsuyama, nampak di kejauhan Matsuyama Castle
Bersama teman-teman
Tuh dia castle nya mulai keliatan
Berbagai macam pose bersama teman2 peserta student exchange dan mahasiswa dari Indonesia

Benteng di atas bukit dengan pemandangan kota Matsuyama di bawahnya
Grilled salmon sushi hanya 108 yen

Kamis, 01 Oktober 2015

.... dan tespek itu bergaris dua

Student Exchange yang aku jalani selama sekitar 50 hari membawa berkah yang tak ternilai harganya bagiku dan suami. Kehidupan yang aku jalani disana memang sedikit berbeda, terutama untuk hal transportasi dan makanan. Sepeda menjadi alat transportasi utama untuk kemana-mana. Ke kampus, belanja, wisata, beli oleh2, karaoke, ya pake sepeda. Makanan yang aman dikonsumsi oleh muslim ya ikan. Kalo pengen ayam ya harus ke supermarket yang jual ayam dengan label halal. Ditambah di kantin kampus selalu ada salad, jadi hampir tiap hari aku makan ikan dan salad.

Sempat aku menghitung2 siklusku, kemungkinan saat aku pulang ke Jakarta itu pas masa suburku. Lalu aku berandai-andai siapa tau setelah itu aku hamil. Aku cukup sering sih berkhayal, berandai-andai tentang banyak hal. Anggap aja itu adalah salah satu bentuk sugesti positif ya....

Masih sangat aku ingat, 19 Desember 2014 adalah HPHT ku. HPHT itu adalah Hari Pertama Haid Terakhir. HPHT itu salah satu patokan untuk menghitung usia kehamilan dan HPL (Hari Perkiraan Lahir). Tanggal 25 Desember 2014 aku menginjakkan kaki lagi di Jakarta. Hari ke-35 setelah HPHT (H-35) aku belum haid. Aku selalu menganggap kalo aku telat haid setelah H-35, karena siklus haid wanita yg normal itu 21-35 hari. Dan karena aku PCO, jadi aku ambil siklus yg terpanjang sebagai patokan. Nah setelah H-35 belum haid, aku baru tespek di H-39. Bukannya apa-apa, tapi selalu lupa untuk tespek di pagi hari persis setelah bangun tidur. Sebenernya sih tespek dengan urine di jam berapa aja bisa, tapi pengen yg lebih afdol aja, urine pertama di pagi hari hehe...

H-39, hari Senin, tanggalnya 26 Januari 2015, pagi2 sekitar jam 5an lah... Bangun tidur, ambil tespek, baru ke kamar mandi. Tampung urine, celupin tespek, lalu merhatiin urine nya menjalari tespek. Melongo waktu liat garis yang bawah nongol duluan, baru garis yang atas. Keluar dari kamar mandi, ambil tespek satu lagi. Cek tanggal kadaluarsanya, masih oke. Celupin lagi. Lagi2 garis yang bawah nongol duluan. Melongo lagi. Berasa gak percaya. Langsung ke kamar, nunjukin ke suami. Ikutan melongo. Alhamdulillah, bersyukur yang sebesar2nya hanya pada Allah SWT. Akhirnya aku melihat tespek bergaris dua di usia pernikahan kami 6 tahun 5 bulan 2 hari.


 Sore itu juga aku langsung ke dokter untuk memastikan. Masuk ruangan dr Irham yang udah sekitar 3 bulan ga aku sambangi. Ramah seperti biasanya menyambut para pasiennya. Ngobrol2 bentar basa-basi nanya kapan aku pulang dari Jepang.

IRS : Kapan pulang dari Jepang?
A : Udah dari tgl 25 Desember kemaren dok. Maaf ya dok ga bawain oleh2. Mahal2 disana.
IRS : Iya emang di Jepang tuh mahal2 semua.
A : Oleh2nya ini aja ya dok
(aku ngeluarin 2 tespek)
IRS : Alhamdulillah.... selamat yaa..
A : iya dok. HPHT 19 desember dok.
IRS : Ya udah yuk USG. Tapi biasanya belum kliatan sih. Apa 2 minggu lagi aja USG nya? Nanti saya kasih penguat dan vitamin.
A : iya sih, kadang baru kliatan penebalan dinding rahim dulu ya dok.
IRS : iya... tp gpp deh kita USG aja sekarang.

Dan voila..... penampakan inilah yang tampak saat USG. Baru berasa benar2 yakin bahwa Allah mengijinkan aku hamil. Kantung janin sudah ada, bahkan titik putih bakal calon janin juga sudah ada. Subhanallah walhamdulillah walaa ilaaha illallah allahu akbar.


Rabu, 30 September 2015

Student Exchange Part 3 -- Jalan-jalan (1)

Note: tulisan tentang jalan-jalan ini aku tulis sewaktu masih di Jepang, tapi baru aku publikasikan hari ini

Berhubung kemarin2 ga sempet update lagi tentang masing2 acara jalan2 di Matsuyama jd dirapel aja yaaaaa.....

Matsuyama itu kotanya ga begitu gede, jadi kalo ke tempat wisata cukup naik sepeda juga udah sampe hehe. Pertama yang dikunjungi adalah Matsuyama Castle, tapi sebelumnya makan dulu dongg di Namaste. Apakah Namaste? Adalah tempat makan di Matsuyama yang mengusung menu India dan insyaAllah ayam dan daging dombanya halal, yeah!!! Menu yang aku makan itu mutton curry alias kari domba plus roti naan. Uenak pollllll......
Mutton curry plus naan bread, mak nyusss
Bareng temen2 peserta student exchange di Namaste
 Untuk penikmat makanan pedas, yang kangen makan pedes karena di Jepang pada ga doyan sambel (tapi doyan wasabi), di Namaste bisa pesen level kepedesannya. 3 kali makan di Namaste cukup dengan level 6, tp temen yg ngakunya orang Padang merasa tertantang dan terakhir memesan level 10 dan 15. Hasilnya yang pesan di level 15 keringetan kaya orang mandi hahahaha.....

Tangga dimulainya perjuangan berjalan kaki
Selanjutnya adalah Matsuyama Castle di atas bukit. Menuju kesana bisa naik kereta gantung sih, tapi yahhh namanya mahasiswa yang ngirit dan abis makan di Namaste, jadi marilah kita memarkir sepeda dan berjalan kaki hahahaha..... Lumayan lahhh buat nurunin karinya. Tapi setelah sampe di atas terbayar lah ngos2annya tadi. Pemandangan kota dari atas bukit, castle nya sendiri dan mendingan liat sendiri foto2 ini :D
Apa ya ini? Lupa2 ga inget. Denah castle dan sekitarnya kayaknya

Kereta gantung menuju ke castle tanpa berkeringat. 

Penampakan Matsuyama Casrle dan bangunan2 di sekitarnya sebelum sampai di TKP

ki-ka: Iksan, akyu, Dwijo, Galuh dan Heri yang duduk di depan.

Penampakan kota Matsuyama dari atas bukit

Berpose di depan pohon Momiji

Matsuyama Castle

Nemenin Dwijo berpose dengan mbak2 berpakaian yukata


waiting for pregnancy - Back to Doctor

Haduhhh update nya ga rutin yak... Maklumlah, kalo lg mood bisa nulis terus2an, tp kalo moodnya lg melayang ya kabur deh tulisannya :p

Oke... terakhir sampe cerita nyoba pengobatan alternatif ya... Singkat cerita, setelah ke pak Haji di daerah Depok, aku dan suami memutuskan untuk berhenti kesana. Alasannya, yang pertama memang aku dan suami sepakat untuk berhenti kesana jika sebelum puasa belum berhasil. Selain itu sebenarnya suami kurang sreg dengan segala pengobatan alternatif dan lebih mantap jika berobat ke dokter. Dan ternyata setelah itu aku dapet haid ga berhenti2 sampe 2 minggu lebih. Hal itu membuat aku kembali ke dokter.

Dokter yg aku pilih dr. Ismail di RSIA Buah Hati Pamulang. Awalnya aku sih memilih RS nya dulu. Pertimbanganku Buah Hati cukup terkenal di wilayah Ciputat, dan sedang membangun RS baru di Pamulang, yang lebih dekat dari rumah. Waktu mendaftar kesana, dokter yg jadwal praktek di hari itu adalah dr. Ismail. Pertama sih kesannya dokternya baik, komunikatif juga, dan memberikan motivasi bahwa penderita PCO bisa hamil. Inti dari kunjunganku sebenarnya asal haidku berhenti. Jadi setelah haid normal lagi, aku ga balik kesitu untuk program. Alasanku, aku agak kurang sreg aja karena selama kesitu cuman di usg abdomen. Rasanya kurang mantep aja karena biasa di dr. Reza selalu usg TV untuk tau kondisi sel telurku. Trus yang kedua, mungkin karena masih baru ya, administrasi nya masih manual jadi lama pisan nunggunya.

Setelah itu belum ke dokter lagi sampai akhirnya kembali hormonku ngaco, haid ga berhenti-henti hingga hampir sebulan. Dua minggu pertama flek2, setelah itu banjirrr banyak banget. Lalu aku memutuskan ke dokter, yang aku pilih dokter yg ada embel2 K.Fer nya. Browsing2 yang deket dari rumah ataupun kantor salah satunya di RSIA Hermina Ciputat yang waktu itu baru buka juga (sekitar akhir 2011). Ada dr. Djoko yang udah senior disana. Setelah di usg TV nampak kalo ada penebalan dinding rahim, bahasa kerennya hiperplasia. Treatment nya bisa pake obat hormon, tapi tentu butuh waktu agar bisa normal lg. Atau kalo mau cepet ya kuret. Suami ga mau kalo kuret, nyuruh aku cari second opinion.

Balik deh aku ke kantor. Berpikir2 mau cari 2nd opinion dimana yaa... Nah, beberapa bulan sebelumnya aku udah mengumpulkan berbagai informasi mengenai referensi dokter ataupun RS/Klinik Infertilitas yang direkomendasikan untuk program kehamilan. Dan waktu itu aku memutuskan bahwa kalo ikhtiar dengan dokter deket2 rumah belum berhasil aku akan mengunjungi salah satu klinik infertilitas itu. Saat suami minta aku cari pendapat kedua, aku berpikir mungkin inilah saat yang tepat untuk ke klinik infertilitas. Suami juga setuju. Pilihan aku jatuhkan ke BIC Morulla di Menteng sana. Pas nelpon pertama kali ke RSIA Bunda nya, dokter kandungan prakteknya ga ada yg sore menjelang malam. Lalu aku nelpon ke BIC nya, pas ditanya mau ke dokter siapa, aku jawab aja yang ada dokter siapa mbak? Sama mbaknya dijawab dr. Irham. Yasud, jadilah aku berangkat ke Menteng.

Pertama ketemu dr. Irham kesan pertama, ramah, bersahabat. Yang ditanya pertama kali adalah, siapa nama panggilanku. Sejak saat itu sampe sekarang, beliau selalu memanggil aku Ina. Bahkan nulis namaku di resep juga Ina, petugas apotiknya sampe harus minta bukuku agar tau nama lengkapku hehehe... Nah... singkat cerita aku dikasih obat hormon sama dokter, tujuannya untuk menghentikan dulu darahnya. Lalu setelah itu akan dibuat haid lagi sampe dinding rahim menipis sesuai dengan ukuran yang semestinya. Setelah urusan hiperplasia selesai akan dilanjutkan dengan program kehamilan. Aku nanya ke dokter, apa treatment yang akan dia lakukan utk PCO ku?

dr. Irham (IRS), aku (A) -- yaa ga persis kata2nya kaya gini ya, kan udah lama percakapannya, yg penting intinya begitu.
IRS : pertama ya pake penyubur untuk gedein telurnya
A : pake nya obat apa dok?
IRS : ya macem2, tergantung nanti yang bagus responnya yang mana
A : setau saya kan penyubur bikin dinding rahim tipis ya dok. trus nanti dikasih esterogen?
IRS : iya, tapi saya ga mau kasih esterogen. karena saya maunya esterogennya alami, yang keluar dr sel telurnya.
A : lhaa tapi apa bisa pake penyubur, ga dikasih esterogen tapi dinding rahim bisa tebal?
IRS : bisa aja. kan respon penyubur ke tubuh masing2 orang beda2.
A : oooo (manggut2)
IRS : kalo pake obat oral ga bisa gedein telur, ya pake obat suntik. kalo belum berhasil, langkah selanjutnya inseminasi, lalu bayi tabung
A : (manggut2 lagi)

Sejak hari itu sampe sekarang, aku masih setia kontrol ke BIC dengan dr. Irham. Dan aku membuktikan sendiri bahwa dari sekian obat penyubur yang diberikan ke aku, yang responnya bagus adalah Genoclome 50mg. Sel telur ukurannya bagus, dinding rahim juga menebal. Ukuran2nya berapa, aku lupa hehehe..... Sekitar pertengahan 2013 aku mencoba inseminasi. Tapi mungkin belum saatnya ya... Setelah 5 hari minum obat penyubur, 6x suntik puregon, akhirnya prosesnya tidak aku lanjutkan karena aku sakit. Sebenarnya pada tahun 2014 berniat akan mencoba lagi, tapi ternyata banyak halangannya. Mulai dari aku sakit DBD dan operasi abses perianal, lalu aku ke Sulawesi Selatan untuk ekskursi regional, lalu mendekati bulan puasa. Setelah lebaran, aku ke Jepang. Yasudahlah, memang belum saatnya ya mau bilang apa.....

Jumat, 08 Mei 2015

waiting for pregnancy - Mencoba Pengobatan Alternatif

Selain ikhtiar ke dokter, aku juga pernah ikhtiar ke pengobatan alternatif. Kalo ga salah hitung, aku pernah ke 3 tempat.

Yang pertama itu sekitar awal2 pernikahan, agak lupa tepatnya kapan. Mungkin sekitar tahun 2009 awal ya. Lokasinya di sekitar Pondokbetung, Bintaro, namanya bu Agung. Yang menyarankan waktu itu adalah teman kantorku yang sudah senior. Beliau duduk seruangan denganku dan sudah kuanggap sebagai orangtua. Jadi saat beliau menyarankan, okelah ga ada salahnya dicoba.

Waktu itu pas jam kantor aku diantar ke rumah bu Agung itu. Rumahnya masuk2 gang. Pas sampe disana pas masih ada pasien. Setelah itu aku bertemu dengan bu Agung. Ditanya apa keperluannya, lalu beliau mendeteksi apa masalahnya mengapa aku belum hamil. Udah agak2 ga sreg sih karena seperti pake penerawangan indra ke-6 gitu. Beliau mengatakan bahwa ada urat yang agak terplintir atau gmana gitu deh, udah lupa. Intinya perlu dikembalikan ke tempatnya lah. Sarannya pijit 2x, sekali pijit 400rb!!!! Tapi ya namanya mo ikhtiar, aku bujukin suamiku agar mau mencoba, dan dia mengiyakan. Pertama dipijit, sakiiiiiiittttttttt pisan. Pijitnya di perut pula. Yang kedua udah ga sesakit yang pertama. Tapi setelah itu blom hamil juga hehe....

Nah setelah itu kan aku mulai ke dr Reza, pas usg awal beliau liat ada kista kecil. Takutnya itu efek dari pijit perut, entahlah....

Yang kedua itu setelah berhenti dari dr Reza, aku mencoba alternatif bareng bbrp teman dari AIH grup di daerah Cisalak Depok. Lokasinya di sekitar wisma Trubus, di tempat pak Haji siapa gt, lupa namanya. Antriannya banyaaakkk, harus pinter2 cari org sekitar situ untuk nitip di belikan nomernya dl biar bisa dapet nomer awal. Metodenya dengan melihat garis di telapak tangan trus nanti dikasih obat herbal dan minyak sirih kalo ga salah.

Efek dari ke pak Haji itu, haidku buanyakkkkk dan ga kelar2. Akhirnya sebelum bulan Ramadhan 2011 aku memutuskan ga ke pak Haji lagi, dan kembali ke dokter untuk memberhentikan haidku.

Yang ketiga itu di Jogja, di dekat rumah mertua, pas mudik lebaran tahun 2013. Aku dipijit sekali atau dua kali, mayan sakit juga. Dikasih pantangan banyakkk, dan dibawain obat herbal untuk 3 bulan. Habisnya lumayan jugaaaa.... Tapi entah mengapa, kalo ma obat herbal aku ga bisa telaten kaya kalo minum obat dokter. Awal2 aja aku rutin minum, lama2 lupa dan akhirnya males.

Selain tiga yg utama itu, pernah juga bekam sama temen dan di Bengkel Rohani. Tapi lagi2 ga telaten njalaninnya. Kalo di Bengkel Rohani kurang cocok ma metode bekamnya yg lgsg ngebekam semua titiknya. Ngeriii...... Oya sebelumnya juga pernah pas mudik lebaran di awal2 nikah, diajak pijit sama ibu mertua juga, cuman dikasih pantangan aja tanpa obat2 herbal.

Ah baru inget... Pernah juga alternatif dengan tenaga prana sekitar tahun 2012. Waktu itu juga rame2 dengan temen AIH. Trus si bapaknya juga pernah ke rumahku, jadi lebih pribadi ma suamiku juga. Tapi cuman beberapa kali abis itu udah ga pernah lagi karena beliau udah banyak pasiennya.

Kayaknya selain itu ga ada lagi deh alternatifnya.... coba deh ntar aku inget2 lagi ya kali aja ada yg kelewat hehehe....

waiting for pregnancy - Second Year

Memasuki tahun kedua pernikahan dan masih belum ada tanda2 hamil, aku disarankan oleh seorang kawan untuk mendatangi dr Reza Kamal di RSB Permata Sarana Husada, masih di bilangan Pamulang.

Kesan pertama masuk ke ruangan dr Reza ituu mayan goodlooking, arab2 gitu hehe, dan komunikatif. Semua pertanyaan dijawab dengan jelas, kadang sampe digambar segala buat ilustrasi, biar mudah dipahami. Dari awal periksa udah dipastikan aku emang PCO, dilihat dari ciri2nya. Yaitu kegemukan, haid tidak teratur. Ciri PCO lainnya jerawatan, banyak bulu2 di tangan, kaki, bahkan ada yg di wajah. Kalo mo tau apa itu PCO bisa dibrowsing sendiri yaaa, atau ntar aku bikinin thread sendiri deh yaa...

Obat yg dikasih ke aku itu Diane-35 untuk ngatur siklus haid. Sebenernya itu pil KB ya, tp emang bikin haid teratur. Aku konsumsi pil itu untuk 3 siklus. Kemudian utk memancing pertumbuhan sel telur aku dikasih profertil, dan setiap hari ke-12-14 dicek ukuran sel telurnya berapa.

Setelah itu aku disuruh cek lab untuk gula darah, lalu dikasih glucophage untuk nurunin gula. Sempat juga aku minta dikasih pengantar untuk HSG, yaitu tes untuk mengetahui apakah ada sumbatan di tuba falopi, alhamdulillah hasilnya paten.

Oya, di tahun kedua ini aku juga gabung di sebuah grup di Facebook yang anggotanya para wanita yang sudah menikah namun belum hamil. Nama grupnya Aku Ingin Hamil (AIH). Maybe sounds ridiculous, but that's what happen to some women nowadays. Bergabung dalam grup AIH membuatku lebih tenang, sabar dan ikhlas karena banyak temen2 seperjuangan disitu, yang usia pernikahannya lebih lama dariku. Dari grup AIH juga aku banyak belajar tentang macam2nya gangguan infertilitas dan tes2 apa saja yg diperlukan untuk mengetahui kualitas organ2 reproduksi kita.

Setelah kira2 setahunan ke dr Reza aku memutuskan berhenti karena ada hal2 yang kurang sreg dengan treatment yg beliau berikan. Mungkin nanti saja kalo aku udah hamil aku akan kembali berkonsultasi dengan beliau.


Kamis, 07 Mei 2015

waiting for pregnancy - First Year

Aku menikah di bulan Agustus 2008, seminggu sebelum bulan Ramadhan. Dari jaman gadis memang haidku ga teratur, kadang dateng kadang engga. Awalnya sih masih santai2 aja ya, tp setelah menikah baru nyadar kalo masalah siklus haid itu berpengaruh pada infertilitas alias ketidaksuburan.

Tidak subur lho ya, bukan mandul. Aku paling ga suka dengan kata "mandul". Kalo kata "infertilitas" itu secara ga langung akan men-sugesti pikiranku bahwa ada cara2 untuk mengatasinya. Kalo kata "mandul" itu seperti harga mati bahwa "kamu ga bisa punya anak." IMHO ya.

Nahhh di awal2 nikah kumat lg haidnya ga dtg. Aku coba tespek hasilnya garis 1 doang. Lalu aku berinisiatif ke dokter kandungan (dr. Tetty) di sebuah klinik di Pamulang. Hasilnya aku memang tidak hamil, dan ada gangguan hormonal. Aku dikasih obat untuk memancing haid, namanya provera.

Selanjutnya aku beberapa kali kontrol ke dr Tetty, beliau mengatakan bahwa kemungkinan aku punya masalah infertilitas yaitu PCO. Waktu itu aku masih belum ngeh apa itu PCO, sempet sih dijelasin tapi ga begitu aku perhatikan karena kan waktu itu aku baru beberapa bulan menikah. Masih ada perasaan santai aja untuk masalah anak dalam waktu setahun ini.

Makanya waktu dr Tetty nanya mau coba alami dulu atau pake obat, aku dan suami sepakat untuk alami dulu, at least sampe setahun menikah lah ya.... (lanjut ke second year)


Rabu, 01 April 2015

Cerita - Pregnancy

Can you believe that word? "Pregnancy". Berapa tahun ya aku membayangkan hal itu akan alami? Lebih dari 6 tahun pastinya. Tour ke dokter kandungan pun udah dijalani. Beberapa alternatif juga sudah pernah didatangi. Obat kimia pun sampe hafal, kadang obat herbal juga dikonsumsi. Doa dan sedekah? Insya Allah pun ada, tapi ga perlu diceritakan lah ya.... Yang akan aku ceritakan disini adalah proses ikhtiar demi mendapatkan "pregnancy" dan dalam menjalani "pregnancy" itu sendiri.

Memang terkadang lucu.... Tidak hanya terjadi pada diriku, tapi banyak aku membaca cerita2 serupa. Bagaimana kerasnya ikhtiar demi ikhtiar dilakukan namun tak mendapatkan garis dua itu. Lalu saat lelah berikhtiar, memlih berserah diri, menenangkan hati dan pikiran, tidak mau memusingkan hal itu, garis dua itu datang tanpa diduga. Tapi ada juga kok yang mendapatnya garis dua itu setelah ikhtiar tak putus2. Tentu saja semua itu karena seijin Allah SWT. Karena hanya Dia-lah yang Maha Tahu kok, kapan waktu yang tepat untuk kita.

Sekarang, aku mo cerita dari awal ya.......