Rabu, 30 September 2015

Student Exchange Part 3 -- Jalan-jalan (1)

Note: tulisan tentang jalan-jalan ini aku tulis sewaktu masih di Jepang, tapi baru aku publikasikan hari ini

Berhubung kemarin2 ga sempet update lagi tentang masing2 acara jalan2 di Matsuyama jd dirapel aja yaaaaa.....

Matsuyama itu kotanya ga begitu gede, jadi kalo ke tempat wisata cukup naik sepeda juga udah sampe hehe. Pertama yang dikunjungi adalah Matsuyama Castle, tapi sebelumnya makan dulu dongg di Namaste. Apakah Namaste? Adalah tempat makan di Matsuyama yang mengusung menu India dan insyaAllah ayam dan daging dombanya halal, yeah!!! Menu yang aku makan itu mutton curry alias kari domba plus roti naan. Uenak pollllll......
Mutton curry plus naan bread, mak nyusss
Bareng temen2 peserta student exchange di Namaste
 Untuk penikmat makanan pedas, yang kangen makan pedes karena di Jepang pada ga doyan sambel (tapi doyan wasabi), di Namaste bisa pesen level kepedesannya. 3 kali makan di Namaste cukup dengan level 6, tp temen yg ngakunya orang Padang merasa tertantang dan terakhir memesan level 10 dan 15. Hasilnya yang pesan di level 15 keringetan kaya orang mandi hahahaha.....

Tangga dimulainya perjuangan berjalan kaki
Selanjutnya adalah Matsuyama Castle di atas bukit. Menuju kesana bisa naik kereta gantung sih, tapi yahhh namanya mahasiswa yang ngirit dan abis makan di Namaste, jadi marilah kita memarkir sepeda dan berjalan kaki hahahaha..... Lumayan lahhh buat nurunin karinya. Tapi setelah sampe di atas terbayar lah ngos2annya tadi. Pemandangan kota dari atas bukit, castle nya sendiri dan mendingan liat sendiri foto2 ini :D
Apa ya ini? Lupa2 ga inget. Denah castle dan sekitarnya kayaknya

Kereta gantung menuju ke castle tanpa berkeringat. 

Penampakan Matsuyama Casrle dan bangunan2 di sekitarnya sebelum sampai di TKP

ki-ka: Iksan, akyu, Dwijo, Galuh dan Heri yang duduk di depan.

Penampakan kota Matsuyama dari atas bukit

Berpose di depan pohon Momiji

Matsuyama Castle

Nemenin Dwijo berpose dengan mbak2 berpakaian yukata


waiting for pregnancy - Back to Doctor

Haduhhh update nya ga rutin yak... Maklumlah, kalo lg mood bisa nulis terus2an, tp kalo moodnya lg melayang ya kabur deh tulisannya :p

Oke... terakhir sampe cerita nyoba pengobatan alternatif ya... Singkat cerita, setelah ke pak Haji di daerah Depok, aku dan suami memutuskan untuk berhenti kesana. Alasannya, yang pertama memang aku dan suami sepakat untuk berhenti kesana jika sebelum puasa belum berhasil. Selain itu sebenarnya suami kurang sreg dengan segala pengobatan alternatif dan lebih mantap jika berobat ke dokter. Dan ternyata setelah itu aku dapet haid ga berhenti2 sampe 2 minggu lebih. Hal itu membuat aku kembali ke dokter.

Dokter yg aku pilih dr. Ismail di RSIA Buah Hati Pamulang. Awalnya aku sih memilih RS nya dulu. Pertimbanganku Buah Hati cukup terkenal di wilayah Ciputat, dan sedang membangun RS baru di Pamulang, yang lebih dekat dari rumah. Waktu mendaftar kesana, dokter yg jadwal praktek di hari itu adalah dr. Ismail. Pertama sih kesannya dokternya baik, komunikatif juga, dan memberikan motivasi bahwa penderita PCO bisa hamil. Inti dari kunjunganku sebenarnya asal haidku berhenti. Jadi setelah haid normal lagi, aku ga balik kesitu untuk program. Alasanku, aku agak kurang sreg aja karena selama kesitu cuman di usg abdomen. Rasanya kurang mantep aja karena biasa di dr. Reza selalu usg TV untuk tau kondisi sel telurku. Trus yang kedua, mungkin karena masih baru ya, administrasi nya masih manual jadi lama pisan nunggunya.

Setelah itu belum ke dokter lagi sampai akhirnya kembali hormonku ngaco, haid ga berhenti-henti hingga hampir sebulan. Dua minggu pertama flek2, setelah itu banjirrr banyak banget. Lalu aku memutuskan ke dokter, yang aku pilih dokter yg ada embel2 K.Fer nya. Browsing2 yang deket dari rumah ataupun kantor salah satunya di RSIA Hermina Ciputat yang waktu itu baru buka juga (sekitar akhir 2011). Ada dr. Djoko yang udah senior disana. Setelah di usg TV nampak kalo ada penebalan dinding rahim, bahasa kerennya hiperplasia. Treatment nya bisa pake obat hormon, tapi tentu butuh waktu agar bisa normal lg. Atau kalo mau cepet ya kuret. Suami ga mau kalo kuret, nyuruh aku cari second opinion.

Balik deh aku ke kantor. Berpikir2 mau cari 2nd opinion dimana yaa... Nah, beberapa bulan sebelumnya aku udah mengumpulkan berbagai informasi mengenai referensi dokter ataupun RS/Klinik Infertilitas yang direkomendasikan untuk program kehamilan. Dan waktu itu aku memutuskan bahwa kalo ikhtiar dengan dokter deket2 rumah belum berhasil aku akan mengunjungi salah satu klinik infertilitas itu. Saat suami minta aku cari pendapat kedua, aku berpikir mungkin inilah saat yang tepat untuk ke klinik infertilitas. Suami juga setuju. Pilihan aku jatuhkan ke BIC Morulla di Menteng sana. Pas nelpon pertama kali ke RSIA Bunda nya, dokter kandungan prakteknya ga ada yg sore menjelang malam. Lalu aku nelpon ke BIC nya, pas ditanya mau ke dokter siapa, aku jawab aja yang ada dokter siapa mbak? Sama mbaknya dijawab dr. Irham. Yasud, jadilah aku berangkat ke Menteng.

Pertama ketemu dr. Irham kesan pertama, ramah, bersahabat. Yang ditanya pertama kali adalah, siapa nama panggilanku. Sejak saat itu sampe sekarang, beliau selalu memanggil aku Ina. Bahkan nulis namaku di resep juga Ina, petugas apotiknya sampe harus minta bukuku agar tau nama lengkapku hehehe... Nah... singkat cerita aku dikasih obat hormon sama dokter, tujuannya untuk menghentikan dulu darahnya. Lalu setelah itu akan dibuat haid lagi sampe dinding rahim menipis sesuai dengan ukuran yang semestinya. Setelah urusan hiperplasia selesai akan dilanjutkan dengan program kehamilan. Aku nanya ke dokter, apa treatment yang akan dia lakukan utk PCO ku?

dr. Irham (IRS), aku (A) -- yaa ga persis kata2nya kaya gini ya, kan udah lama percakapannya, yg penting intinya begitu.
IRS : pertama ya pake penyubur untuk gedein telurnya
A : pake nya obat apa dok?
IRS : ya macem2, tergantung nanti yang bagus responnya yang mana
A : setau saya kan penyubur bikin dinding rahim tipis ya dok. trus nanti dikasih esterogen?
IRS : iya, tapi saya ga mau kasih esterogen. karena saya maunya esterogennya alami, yang keluar dr sel telurnya.
A : lhaa tapi apa bisa pake penyubur, ga dikasih esterogen tapi dinding rahim bisa tebal?
IRS : bisa aja. kan respon penyubur ke tubuh masing2 orang beda2.
A : oooo (manggut2)
IRS : kalo pake obat oral ga bisa gedein telur, ya pake obat suntik. kalo belum berhasil, langkah selanjutnya inseminasi, lalu bayi tabung
A : (manggut2 lagi)

Sejak hari itu sampe sekarang, aku masih setia kontrol ke BIC dengan dr. Irham. Dan aku membuktikan sendiri bahwa dari sekian obat penyubur yang diberikan ke aku, yang responnya bagus adalah Genoclome 50mg. Sel telur ukurannya bagus, dinding rahim juga menebal. Ukuran2nya berapa, aku lupa hehehe..... Sekitar pertengahan 2013 aku mencoba inseminasi. Tapi mungkin belum saatnya ya... Setelah 5 hari minum obat penyubur, 6x suntik puregon, akhirnya prosesnya tidak aku lanjutkan karena aku sakit. Sebenarnya pada tahun 2014 berniat akan mencoba lagi, tapi ternyata banyak halangannya. Mulai dari aku sakit DBD dan operasi abses perianal, lalu aku ke Sulawesi Selatan untuk ekskursi regional, lalu mendekati bulan puasa. Setelah lebaran, aku ke Jepang. Yasudahlah, memang belum saatnya ya mau bilang apa.....