Senin, 11 April 2011

Resensi - Mantra Kedua

Resensi terbaru yang udah diunggah di www.okezone.com. Jika ada kritik dan saran jangan sungkan-sungkan lhooo....


Judul Buku : RANAH 3 WARNA
Pengarang : A. Fuadi
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Ketiga, Januari 2011
Tebal :    474 halaman

Lanjutan dari kisah Alif Fikri yang telah lulus dari Pondok Madani (PM) ini sudah saya tunggu-tunggu sejak selesai membaca Negeri 5 Menara, namun baru sempat saya baca selama dua hari ini. Novel ini tentu saja juga ditunggu-tunggu oleh semua penggemar terbukti dari buku yang saya beli sudah mencapai cetakan ketiga di bulan yang sama sejak dicetak yaitu Januari 2011.

Alif yang baru saja lulus dari PM mulai membuat rencana untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang telah ia pupuk dengan semangat ”man jadda wajada”. Setelah dia berhasil lulus ujian persamaan SMA, maka mimpi selanjutnya adalah menembus UMPTN di ITB mengikuti idolanya, Habibie. Namun Alif harus bisa menerima kenyataan bahwa waktunya tak cukup banyak untuk mempelajari materi UMPTN jurusan IPA. Maka dengan besar hati Alif membanting stir berusaha keras untuk menembus Universitas Padjajaran (UNPAD) jurusan Hubungan Internasional, dengan harapan dia bisa mewujudkan mimpinya yang lain yaitu bisa berkeliling dunia.

Hidup takkan berwarna jika tanpa masalah. Jalannya perkuliahan Alif yang kurang mulus di awal kuliah makin tersendat saat Alif menghadapi kenyataan bahwa ayahanda tercintanya harus pergi menghadap Illahi. Alif tidak mau membebani Amaknya yang masih harus membiayai sekolah kedua adiknya, maka dia bertekad untuk bekerja agar bisa mandiri. Menjual barang dan mengajar les privat menjadi pilihan awalnya. Namun ternyata malah membuat dia terkapar sakit.

Di saat sakitnya itulah dia menyadari bahwa ”man jadda wajada” tidaklah cukup jika tidak disertai dengan ”man shabara zhafira”. Siapa yang sabar dia akan beruntung. Jadi sabar itu bukan berarti pasrah, tapi sebuah kesadaran yang proaktif. Dan sesungguhnya Allah itu selalu bersama orang yang bersabar (halaman 129).

Alif pun teringat saat dia digojlok bang Togar, pemimpin redaksi koran kampusnya yang telah artikelnya selalu dimuat di koran nasional. Waktu itu dia merasa sudah cukup sekali saja diperlakukan oleh Togar seperti itu. Lalu Alif menyadari bahwa seharusnya dia lebih bisa bersabar dalam menerima tempaan agar mampu menjadi penulis yang handal. Maka dengan kesungguhan dan kesabarannya akhirnya Alif berhasil dan beruntung karena perlahan-lahan artikelnya mulai diperhitungkan baik di koran lokal maupun koran nasional.

Mimpi-mimpi Alif tidak berhenti sampai di sini, namun dia selalu berani berusaha mewujudkannya dengan berusaha disertai bersabar hingga dia bisa menginjakkan kakinya di 3 ranah yang berbeda, Bandung, Yordania, dan Kanada.

Dalam menempuh ranah 3 warna ini, Alif bertemu begitu banyak orang yang berbeda ras dan kebudayaan. Teman-temannya dari Kanada, orangtua angkatnya di Saint Raymond, orang Indian, dan seorang gadis yang membuat hatinya tak karuan, Raisa.

Membaca kisah ini penuh dengan tawa, haru, cinta dan inspirasi pembangkit semangat. Terutama di saat ayah Alif meninggal dan dimakamkan entah mengapa saya begitu meresapi kesedihan itu hingga saya ikut menangis. Kemudian di saat Alif mendapat pengalaman pertukaran pelajar dan bersahabat dengan Rusdi, kelucuan mahasiswa asal Kalimantan itu mengakrabkan para mahasiswa peserta dari Indonesia. Dan kegigihan Alif agar bisa terpilih pada program pertukaran pemuda serta tekadnya agar bisa mendapatkan medali emas tentu saja memberikan inspirasi pada kita sebagai insan yang selalu ingin mengembangkan potensi diri.

Lagi-lagi Ahmad Fuadi menuliskan novel ini dengan bahasa lugas dan populer. Kecintaannya pada daerah asalnya yaitu Sumatera Barat mewarnai novel ini dan membuat pembaca lebih memahami salah satu kekayaan budaya asli Indonesia.

Jika Anda masih mempunyai mimpi, dan semestinya kita mempunyai mimpi, jangan takut mewujudkannya. Karena sesungguhnya Allah bersama orang yang mau berusaha dan bersabar. Man jadda wajada!! Man shabara zhafira!!

Ersina Rakhma
Penikmat Buku, Tinggal di Jakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar