Selasa, 16 Agustus 2011

Anniversary

Hari ini tepat tanggal 16 Agustus 2011, adalah ulangtahun pernikahan orangtuaku yang ke-41. Angka yang sangat banyak kan? Tinggal 9 tahun menuju ke angka 50, pernikahan emas. Sepertinya begitu indah dan membahagiakan melihat dua orang menikah dan menua bersama. Tapi ternyata tidak demikian bagi yang menjalani. Aku sebagai anak bungsu orangtuaku, cukup tau dan paham gejolak emosi, airmata dan bahagia yang mengiringi perjalanan panjang itu. Namun alhamdulillah entah dengan kekuatan apa, yang pasti atas ridho Allah SWT dan terciptanya sakinah-mawaddah-warahmah, semua masalah bisa selesai ataupun diredam.

Lalu, aku melihat di TV. Berita artis menikah, lalu setahun, 3 tahun, bahkan mungkin 10 tahun kemudian bercerai. Alasannya bermacam2, ketidakcocokan, perbedaan prinsip, selingkuh, de el el. Mudah sekali ya mereka berpisah dengan seseorang yang pastinya dulu mereka cintai. Seolah tampak kalau mereka tidak mau susah payah berusaha mempertahankan pernikahannya. Membuat aku memandang skeptis jika melihat artis yang baru saja menikah, akan mencapai usia berapa tahunkah mereka sebelum akhirnya berpisah?

Lalu ada lagi, di sebuah grup, ternyata banyak yang mengeluhkan rumahtangga mereka, baik sikap/sifat suaminya, sikap mertuanya, kadang sikap ipar ataupun saudara2 mertua yang membuat kawan2ku sedih, terluka dan berfikir apakah akan diteruskan pernikahan itu padahal baru saja berjalan setahun. Bahkan ada beberapa kawan yang akan berpisah alias bercerai. Naudzubillahi min dzalik.

Ibuku sering berkata, bahwa awal pernikahan, hingga usia 5 bahkan 10 tahun nikah, itu adalah masa2 rawan. Mungkin karena kita tadinya hidup sendiri, memutuskan segala sesuatu sendiri, mau pergi tinggal pergi, tiba2 ada orang lain yang harus kita perhatikan dan hargai. Ingin pergi ke mall, ehh suami pengen tidur. Ngajak nonton ke daerah A, suami ngga mau karena kejauhan. Atau ada acara dengan teman/keluarga, suami ngga mau diajak, masih banyak hal ketidaksesuaian antara kita dengan suami. 

Dan itu wajar kan? Dua orang dengan latar belakang berbeda, dibesarkan dengan cara yang berbeda, mempunyai sifat berbeda, latar belakang pendidikan juga mungkin berbeda, banyak sekali perbedaannya. Tapi bukankah justru itu menjadikan menarik sekaligus tantangan? Ada proses penyesuaian disitu, bagaimana kita sabar dan berusaha meredam emosi. Dan penyesuaian itu tidak ada batas waktunya, penyesuaian bisa terjadi seumur hidup kita. Lihat saja orangtua kita yang sudah mulai senja, pasti masih saja ada hal2 yang mereka perdebatkan, mereka permasalahkan.

Tapiiiiii jangan mulai membandingkan suami kita dengan pria lain. Entah itu mantan kekasih kita, cowok yang dulu kita sukai, apalagi dengan suami orang. Terima suami apa adanya, toh dulu kita yang memilih dia menjadi suami kita. Jangan karena melihat suami si A romantis, lalu memaksa suami menjadi romantis. Atau suami si B pintar masak, lalu meminta suami turun ke dapur hehehe. Di satu sisi mungkin dia tak sesempurna suami si A atau si B, tapi di sisi lain pasti banyak kelebihan suami yg tidak dimiliki suami si A atau B.

Dengan aku menulis ini, bukan berarti rumahtanggaku sempurna tanpa cela. Aku akui kami masih suka berbeda pendapat, berdebat, kadang ada hal2 yang akhirnya membuatku menangis. Tapi aku bersyukur mempunyai suami yang luar biasa sabar, menghadapi emosiku yang masih suka meledak-ledak, menerima aku apa adanya (kadang2 gitu, tapi kadang2 juga minta aku nurunin BB, what!!). Dan aku berdoa semoga tidak akan terjadi badai besar dalam perjalanan kami, kalaupun ada badai aku berdoa semoga kami bisa melewatinya dengan selamat. Agar bisa tercapai juga  angka 41 seperti orangtuaku, bahkan 50 ataupun 100 jika Allah mengijinkan. Amin amin ya robbal 'alamiin.




2 komentar:

  1. Tulisannya bagus Na, mmg gak ada manusia yg sempurna, smg kita selalu bersyukur n terus semangat menjadikan rumah tangga kita sakinah mawaddah warrahmah... happy anniversary tuk Bapak n Ibu, smg mrk slalu dilimpahi RahmatNya...Amiiin

    BalasHapus
  2. Makasih mbak Umen, doain semoga ngga males nulis biar bisa kaya kembarannya mba Umen (Asma Nadia) hehehe...
    Amiinnn, makasih juga ucapannya utk bapak ibu ya mbak...

    BalasHapus